News Update :

BBM Naik, Pemerintah Omong Kosong

Pada tanggal 1 April ini BBM akan kembali naik. Secara otomatis harga sandang, papan, dan pangan pun pasti ikut naik. Sayangnya kenaikan BBM ini tidak didasari dengan perhitungan yang jelas dan pastinya hati nurani.

Padahal, ekonom ternama kita Kik Kian Gie mengatakan bahwa walaupun harga minyak dunia naik sampai US$ 200/brl pun sebetulnya biaya produksi minyak di Indonesia tidak akan berubah. Paling banter cuma US$ 15/brl.

Sayangnya, pemerintah sudah di brain washing yang berakar dalam UU nomor 22 tahun 2001. Pasal 28 ayat 2 berbunyi : “Harga bahan bakar minyak dan gas bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar”. Ini berarti bahwa rakyat mau tidak mau harus membayar minyak miliknya sendiri dengan harga yang ditentukan oleh NYMEX di New York. Kalau harganya lebih rendah dikatakan merugi, harus mengeluarkan tunai yang tidak dimiliki dan membuat APBN jebol.

Padahal pemikiran tersebut adalah tidak benar. Karena indonesia adalah salah satu penghasil minyak di dunia. Berbeda dengan Jepang ataupun singapura yang harus membeli minyak pada negara lain. Pemikiran sesat inilah yang membuat kebijakan pemerintah dari dulu hingga sekarang mengenai BBM tidak pro-rakyat.

Anggito Abimanyu, salah satu fundamentalis neo-liberal Indonesia yang selalu bersikeras menaikkan harga BBM dengan alasan “mengurangi beban subsidi BBM”, mengakui bahwa selama ini tidak pernah ada subsidi dalam BBM.

“Masih ada surplus penerimaan BBM dibanding biaya yang dikeluarkan,” katanya dalam acara talkshow di TVOne hari Senin (13/03/2012), terkait rencana kenaikan harga BBM akibat kenaikan harga BBM dunia.

Fakta sudah jelas mengatakan bahwa pemerintah hanya menuruti orang-orang neoliberal untuk menentukan kebijakan. Entah karena alasan apa pemerintah selalu menupu rakyatnya yang sudah jelas-jelas pemilik asli minyak bumi di indonesia.

Jika memang benar pemerintah merugi dan pertamina dipaksa membeli minyak. Pemerintah harus berani menasionalisasikan seluruh kekayaan alam yang 90% dikelola oleh perusahaan2 minyak AS seperti Chevron dan Exxon dengan harga New York. Cina dan Norwegia mengelola minyak mereka dengan BUMN mereka. Arab Saudi, Iran, dan Venezuela juga sudah menasionalisasi perusahaan minyak asing yang dulu memonopoli minyak mereka. Sekarang mereka makmur karena penerimaannya bertambah karena tidak dibohongi oleh perusahaan-perusahaan minyak asing.

Bukan hal yang sulit jika Indonesia menjual bensinnya dengan harga yang ditetapkannya sendiri. Lihatlah Venezuela yang menjual bensinnya Rp. 585/liter, Turkmenistan dengan Rp. 936/liter, Nigeria dengan Rp. 1.170/liter, Iran dengan Rp. 1.287/liter, Arab Saudi dengan Rp. 1.404/liter, Lybia dengan Rp. 1.636/liter, Kuwait dengan Rp. 2.457/liter, Quatar dengan Rp. 2.575/liter, Bahrain dengan Rp. 3.159/liter dan Uni Emirat Arab dengan Rp. 4.300/liter.

Satu wujud syukur kita terhadap kekayaan alam yang diberikan pemerintah adalah mengelolanya sendiri sehingga seluruh rakyat dapat menikmati hasilnya. Bukan menjual kekayaan kepada pihak asing demi keuntungan segelintir orang.

Jangan sampai Pemerintah menuruti kemauannya sendiri yang menghendaki supaya rakyat Indonesia merasa dan berpikir bahwa dengan sendirinya kita harus membayar bensin dengan harga dunia, agar semua perusahaan minyak asing bisa memperoleh laba dengan menjual bensin di Indonesia, yang notabene minyak mentahnya dari Indonesia sendiri. Bukankah Shell, Petronas, Chevron sudah mempunyai pompa-pompa bensin ?

Source : http://www.kompasiana.com/muchammad.yani
Share this Article on :
 

© Copyright Sharing Connecting 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.