News Update :

Aku Galau

Oleh drh Chaidir
PERTUNJUKAN panggung politik akhir pekan lalu meninggalkan banyak pesan. Tak selamanya sebuah pertunjukan berakhir tragis atau kebahagiaan. Pertunjukan bisa berakhir dengan meninggalkan sebuah pertanyaan besar, apatah lagi panggung itu adalah sebuah panggung politik. Ungkapan “Aku galaau..” seperti iklan sebuah operator kartu telepon seluler itu, barangkali frasa yang tepat untuk menggambarkan keadaan.
Peristiwa politik berupa sidang paripurna DPR dengan agenda pembahasan harga BBM yang terjadi pada hari Jumat (30/3/2012) memang membuat kita galau. Haruskah episode seperti ini kita lalui untuk menuju ke gerbang bangsa yang sejahtera, adil dan beradab; sebuah bangsa yang dewasa dalam berpolitik? Haruskah kita seperti itu, mempertontonkan semua kurap atau panau mengkarung yang ada di dada, hanya untuk menunjukkan bahwa kita adalah sebuah bangsa yang merdeka, yang menjunjung tinggi kebebasan? Tidakkah bisa secara lebih terhormat? Bukankah kita ditonton oleh dunia?
---------------------------------------------------------------------------------------------
Kiport:

--------------------------------------------------------------------------------------------


Sebagai sebuah bangsa yang beradab, memiliki sopan santun dan akal budi, rasanya kita tidak boleh kehilangan argumentasi yang rasional, kendati nafas tinggal sekali tarik. Akal sehat tidak boleh dikalahkan oleh gegap gempita kebebasan yang tak beretika. Karena kebebasan yang sejadi-jadinya (sampai ada anggota dewan yang terhormat naik ke atas meja) akan menghilangkan substansi topik bahasan, sehingga solusi cerdas akan hilang dan berganti dengan solusi berdasar kepentingan. Hal itu diperburuk pula oleh corong politisi oportunis yang terdengar sangat lantang.
Sebenarnya yang paling penting, penting dan penting, harga sembako dan kebutuhan dasar masyarakat tidak naik, demikian juga ongkos angkutan umum. Dana BLT diperbesar dan diberikan secara jujur, adil, tepat sasaran dan tepat waktu. Pikirkan apa saja pelayanan publik yang bisa digratiskan oleh pemerintah. Tidak ada alasan harga barang-barang naik karena BBM untuk industri tidak naik. Harga BBM untuk industri tidak mendapatkan subsidi. Kalau industri menaikkan harga barang poduksinya, itu berarti sebuah indikasi selama ini mereka menggunakan BBM bersubsidi milik rakyat miskin. Mereka harus dipenjara. Penyelundupan BBM bersubsidi juga bisa disiasati pencegahannya melalui koordinasi seluruh stakeholder. Tapi, gagasan yang bersifat instrumental memerlukan komunikasi dengan pemikiran yang jernih, bukan dengan gaya premanisme seperti yang ditunjukkan oleh lembaga perwakilan kita yang terhormat itu.
Perilaku kita dalam berbangsa dan bernegara kelihatannya harus direformasi, atau setiap kali negeri ini terpaksa harus kembali ke kilometer nol. Kita tentu tidak ingin menjadi Sisypus, Raja Corinth kuno yang bengis dan keji dalam mitologi Yunani itu, yang kemudian dikutuk untuk selamanya mendorong sebongkah batu besar ke puncak sebuah bukit hanya untuk membuat batu itu jatuh terguling kembali ke bawah dan mendorongnya kembali ke puncak bukit. Capek deh.
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net
View the original article here
Share this Article on :
 

© Copyright Sharing Connecting 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.