News Update :

Hidup dengan Keberagaman: Mungkinkah Indonesia Maju dan Bersatu?

kipord:
Online,bisnis, bisnis online, busana, wanita, wanita ,tubuh, keluarga,sex, website,kesehatan,baju anak anak, bank, online, bisnis,busana, dinas, wanita, kesehatan, sex, keuarga, online, bisnis, bisnis online.

Bhinneka Tunggal Ika?
Tulisan ini berangkat dari kekhawatiran saya atas gonjang-ganjing-nya bermacam kasus di Indonesia. Saya tidak tahu harus berkomentar selayak apa, demi menyikapi negara yang sudah babak belur ini. Dan saya harus melihat kearifan Pancasila dari sudut pandang sebelah mana?
Pluralisme suku di Indonesia nampaknya semakin fenomenal. Ditambah lagi dengan egoisme partai politik yang bersaing demi mendapatkan kursi hangat di gedung DPR dan hingga kursi kepresidenan. Partai politik yang berjejer saat ini hanya membuat masyarakat tak sanggup untuk menghapalnya. Dan entah parpol yang mana yang benar-benar berangkat dari kepedulian dan nasionalisme yang selayaknya.
Khususnya suku-suku besar yang terdapat di Indonesia, secara langsung hampir memperlihatkan ketidak-seimbangannya terhadap semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini berdampak kepada ketidak-fokusan cita-cita bumi pertiwi ini.
Suku Melayu di Riau Daratan dan Riau Kepulauan, saat ini sedang memperjuangkan Bahasa Melayu sebagai bahasa Internasional. Mereka bergerak bersama dengan negara tetangga, Malaysia dan Brunei Darussalam. Selanjutnya, suku Bali, yang sejak dahulu sampai pada saat ini berkonsentrasi penuh dalam pengembangan daerah Bali sebagai kota pariwisata yang terkenal di seluruh dunia. Dengan mengedepan budaya dan adat-istiadat Bali, mereka berusaha ‘menjual’ nama baik Bali di kalangan wisatawan dunia. Akhir-akhir ini, diketahui sebuah isu mengecewakan bahwa wisatawan asing menganggap Bali ialah Bali seutuhnya, bukan merupakan bagian dari Indonesia.
Sedangkan berita dari tatar Sunda (Jawa Barat), kabarnya orang Sunda giat mengadakan pencarian atas situs-situs bersejarah yang ada di sekitar Jawa Barat itu sendiri. Dengan harapan, tanah Sunda juga mampu mengedepankan budaya, yang secara tidak langsung ‘menjual’-nya sebagai tempat pariwisata papan atas dunia. Akhir-akhir ini terdengarlah isu penelitian arkeologi tentang Gunung Sadahurip, Garut, yang berbentuk Piramida. Diyakini Gunung Sadahurip tersebut lebih tua dibanding dengan Piramida yang ada di Mesir.
Sedangkan Yogyakarta (Jawa Tengah) dan sekitarnya, atau yang dikenal dengan suku Jawa, asyik dengan sistem kesultanan dari leluhurnya yang dikenal dengan sebutan Daerah Swapraja. Kemudian melebur menjadi patokan budaya yang tak kalah menariknya. Tindakan beserta hukumnya pun terikat oleh ketentuan adat-istiadatnya. Sesungguhnya, masih banyak nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat di pelosok Indonesia. Akan tetapi, yang dikhawatirkan, keberagaman ini justru mengikis persatuan dan melupakan nilai-nilai kebhinnekaan.
Berdasarkan sejarah, di masa kolonial Belanda pun rakyat Indonesia ialah serpihan-serpihan suku yang terpisah oleh kebudayaan serta daratan. Misalnya, dahulu kita mengenal sebutan Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra, dan sebagainya. Yang demikian itu ialah sebait sejarah masa lalu nusantara, yang kini bernama Indonesia.
Keberagaman dan kearifan ini sesungguhnya mampu mengikis rasa nasionalisme masyarakat Indonesia. Selain itu, banyak juga fenomena kearifan lokal yang melebur dalam kebahasaan. Demi terciptanya kearifan lokal tersebut, suatu suku mempertahankan bahasanya namun secara tidak langsung melupakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Ini ialah peran yang kontradiktif yang ke sekian dalam hal nasionalime dan multikulturalisme. Sehingga pada tahun 1983 Indonesia diperkenalkan oleh salah satu buku karya Benedict Richard O’Gorman Anderson yang berjudul Imagined Communities. Yang berarti negara atau komunitas di awang-awang. Maka, adakah titik temu demi kemajuan dan persatuan Indonesia? Jawabannya, ada pada diri kita masing-masing.
View the original article here
Share this Article on :
 

© Copyright Sharing Connecting 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.