News Update :

Kalau Jaman Saya …

Kalau Jaman Saya  …
Nambi, Lembu Sora, Kebo Anabrang dan Ranggalawe, nama yang erat kaitannya
Dengan sejarah kerajaan Majapahit, diabadikan dalam banyak tembang dan juga
Dalam banyak kidung, cerita rakyat dan legenda, singkat kata pencinta sastra jawa
Tentu tidak asing dengan nama yang kisah dan ceritanya merakyat dan melegenda.
Alkisah setelah mendengar bahwa Nambi-lah yang pada akhirnya ditunjuk maharaja
Menjadi mahapatih kerajaan Majapahit, Ranggalawe yang saat itu jabatan resminya
Sebagai adipati Tuban, kesal, tidak puas, marah, sebelum akhirnya nekad ke ibu kota
Menghadap langsung sang maharaja guna menumpah-ruahkan semua kekesalannya.
Mengapa Nambi, mengapa bukan Sora, yang dianggapnya lebih tepat dan berjasa,
Yang dianggap lebih digdaya dan perkasa, yang dianggapnya lebih jujur dan setia,
Yang diangkat sebagai orang nomer dua di kerajaan yang sedang gemilang jaya?

---------------------------------------------------------------------------------------------
Kiport:
acara, olahraga, acara hiburan, bisnis

online, acara olahraga, acara hiburan, bisnis online, internet, online, bisnis online ,bisnis internet,

wanita, busana, online, acara olahraga, acara olah raga, pengalaman, pengalaman, acara hiburan, acara

hiburan bisnis internet, teknologi, wanita, murah bisnis, pengalaman.alhamdulillah.Semoga

Sukses.Aamin

--------------------------------------------------------------------------------------------
Mengapa Nambi, mengapa bukan Sora, beginilah si anak muda yang merasa berjasa
Ikut membangun kerajaan Majapahit jaya berkata lantang menggetarkan atap istana.
Lembu Sora yang paman si Rangga tentu saja terkejut dan merasa malu pada raja,
Bagaimana bisa dia abdi setia maharaja, eh mempunyai keponakan yang tingkahnya
Tak ubahnya seorang butha raksasa yang tidak kenal tatabudaya dan tatakrama,
Di hadapan maharaja bukan saja suaranya keras menggelegar membahana raya,
Tuntutannya juga bikin malu saja, meminta jabatan yang pantang dilakukan satria.
Setelah menghaturkan sembah, meminta maaf atas kelancangan sang anak muda,
Lembu Sora meminta ijin untuk menjatuhkan hukuman pada bawahan yang tak setia.
Maharaja tentu saja paham gejolak jiwa satria muda tetapi untuk kepentingan negara
Nambi-lah yang dianggap paling tepat menjadi orang nomer dua, dan itu keputusannya.
Bagaimana bisa keputusan maharaja batal hanya karena teriakan seorang ponggawa,
Lalu mau diletakkan di mana muka seorang maharaja, tetapi juga kurang tepat rasanya
Jika Ranggalawe yang penuh jasa dihukum hanya karena menyuarakan kata hatinya.
Maaf memang diberikan tetapi sabda dan keputusan maharaja tentu saja tetap adanya.
Sang Rangga meskipun marahnya luar biasa tetapi bagaimana bisa melawan raja?
Yang bisa dilakukannya adalah ke luar dari istana dan di sanalah sebagian marahnya
Ditumpahkan sebelum kembali ke kadipaten … lancang, sangat lancang, ini kan istana,
Walau hanya halamannya saja tetapi jelas sangat tidak tepat jika berani merusaknya.
Sejarah kemudian memang mencatat bagaimana peristiwa rusaknya halaman istana
Ditambah dengan sedikit rekayasa para petinggi istana, yah … inilah politik dan kuasa,
Akhirnya turun juga titah maharaja memadamkan perilaku tak setia seorang ponggawa.
Si Rangga pralaya di tangan senopati istana, meskipun sang paman yang tidak tega
Melihat keponakannya disiksa begitu saja, turun tangan juga walau secara rahasia.
Mahapatih Nambi tetap orang nomer dua, Sora undurkan diri tidak lama setelahnya,
Sedangkan Rangga dan Anabrang pralaya demi tegaknya martabat wibawa istana.
Gaya yang sama dengan nuansa yang tentu saja agak beda pernah ada di ini negara,
Tepatnya ketika seorang laksamana diangkat kepala negara sebagai benteng utama
Menjaga harkat, martabat dan kewibawaan istana, dan kemudian dikenal slogannya
KALAU JAMAN SAYA … SAYA TANGKAP DIA … lalu bagaimana jika pada ini masa
Sejumlah bupati dan walikota tiba-tiba menggunakan gaya si Rangga protes wibawa?
Gaya mana yang akan dipakai istana, padamkan perilaku tak setia, atau tangkap dia?
Rasanya dua pilihan yang ada akan tetap sebagai opsi saja tetapi tak bisa dilaksana.
Mengapa? Karena para pejabat ini ternyata bukan pilihan istana, tetapi rakyat jelata.
Kembali satu bukti nyata berbicara, ini jamannya rakyat jelata bukan jamannya istana.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland
View the original article here
Share this Article on :
 

© Copyright Sharing Connecting 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.